Minggu, 01 Januari 2017

SEBUAH CD !

Ehmmmm kalau aku denger atau baca sesuatu dengan kata CD, maka apa yang ada di benak ini adalah sebuah benda bulat yang tengahnya bolong seperti donat dalam versi tipis, jiah kayak martabak aje, sisi satunya bercahaya ketika di kenai cahaya, sisi lainnya ada yang redup ataupun bersinar kalau kena cahaya, atau satu sisi nya berwarna ke-perak-an, sisi lainya ber warna warni sesuai keinginan yang buatnya.  

Juga, kalau aku dengar atau baca sesuatu dengan kata CD, maka apa yang ada di otakku adalah sebuah benda berisikan material plastik dan sedikit logam yang di buat sebagai media bagi para penyanyi atau band untuk dapat menjangkau pada penggemar atau pendengar mereka ketika mereka merilis sebuah lagu ataupun beberapa lagu yang di kemas menjadi sebuah album. 

Dan lagi, kalau aku dengar atau baca sesuatu dengan kata CD, maka apa yang ada di pikiranku adalah sebuah benda yang berisikan lagu – lagu nan ajaib yang di simpan dengan indahnya ke sebuah tempat yang sangat pas dengan besar lingkaran benda tadi, dan di lengkapi dengan sebuah “tempat” untuk bagian luarnya yang memiliki ukuran 14 x 12 cm, kemudian di tambahkan berbagai kertas dengan kualitas tinggi  yang di simpan di belakang  “tempat” tadi dan kemudian di lengkapi dengan sebuah “buku” kecil yang sangat menggoda iman untuk di lihat dengan mata melotot, kalau perlu pake kaca pembesar biar terlihat jelas. 

Itulah mungkin kata CD berarti yang ada di benak, di otak dan di pikiranku, mungkin masih banyak definisinya kalau aku mau, hanya cukup saja segitu.  CD adalah benda yang di kembangkan sejak tahun 70an dan di resmikan  sekitar  tahun 1981 oleh Sony, kalau nga salah, lupa juga sejarah cd ini. Aku akan ingat selalu kala itu aku masih sma kelas 1, jiah abg keles, sekitar tahun 1988, tahun di mana merupakan tahun paling menyedihkan bagi para penggemar kaset di seluruh nusantara, tahun itu adalah sebuah masa di mana  para penggemar musik secara umum menghadapi  kendala untuk dapat menikmati musik sebagaimana biasanya, secara spesifik tentu penggemar kaset, karena kaset adalah format musik yang sangat umum di kala itu. Format musik lain tentu ada, seperti piringan hitam maupun CD, hanya tentu bagi orang awam harga dari kedua format tersebut tidaklah dapat di jangkau seperti layaknya kaset. Kedua format musik tersebut memang termasuk ke dalam kategori barang mewah, jadi yah tidak banyak orang yang bisa membelinya. Hanya ini hati ane kok begitu kelam rasanya kalau nga dengerin musik baru, jadi target ane kala itu adalah pengen membeli CD, jiahhhhhh gaya tenan kaya orang punya banyak duit aje. Kala itu CD hanyalah di jual di toko2 tertentu saja, dan itupun kebanyakan dijual di kota2 besar di Indonesia saja. Jadi jangan berharap kalau tinggal di kota kecil kayak ane bisa beli CD seperti layaknya kita beli kaset. Malah bisa di bilang di kota ane kagak ada yang jual CD sama sekali pada saat itu, jadi untuk mendapatkan CD yang aku mau, aku harus titip ke teman ane. Hal yang pertama di lakukan untuk menggapai tujuan ku itu adalah dengan menabung uang jajan, hanya menabung di sini aku lakukan dengan cara menitipkan uang ke temanku yang sering pergi ke Jakarta, penitipan uang di lakukan seminggu sekali sebesar.....1000 ( seribu ) Rupiah saja, kagak lebih kagak kurang. Dan harga sebuah CD di kala itu adalah sekitar 30000, jadi aku harus menitipkan uang ke temanku selama 7,5 bulan lamanya untuk mendapatkan sebuah CD. Terbayang oleh anda berapa lamanya itu, mungkin kalau CD dengan jumlah yang terbatas, jiah sudah pasti aku nga akan dapat lah Cdnya. Sampai akhirnya hari yang di nanti tiba, temanku membawa sebuah CD masih segel bo, di tanganku hadir sebuah CD dengan judul RAM IT DOWN, jiah senangnya hati ane, walau kemudian ane bingung, gimana caranya untuk memainkan format musik kepingan logam tadi, sebab ane nga punya alat pemutar untuk memainkannya. 

Duh sedih bener rasanya, tapi peduli amat ah yang penting aku sudah punya CD walau 1 buah. Hahahahaha. Ada rasa yang sulit untuk di ungkap ketika ada sebuah benda yang baru pertama kali aku liat sejak aku lahir, dan benda itu adalah sebuah format yang akan menggantikan format kaset. Hah itulah CD aku yang pertama dan juga awal mula dari sebuah kegilaan yang  akan  dimulai.  Yang pasti CD ane yang pertama itu sampai saat inipun masih ada di tanganku, di simpan dengan rapi, masuk dalam kategori super duper top rare CD ever. Setelah ada 1 CD, tentu ingin lagi dan lagi. Tak terasa waktu berlalu, dan aku mulai melanjutkan sekolah di luar kota lain, Bandung euy.  Dan Hiyahhhhhh kegilaan yang sesungguhnya telah di mulai, di mulai dari menjelajah berbagai toko CD yang bertebaran cukup banyak di kota ini, Aquarius Dago, Toko Tengah, toko yang di Palaguna Plaza, toko CD di jalan Saad dan masih banyak lagi dah pokoknya, lupa juga aku nama toko-tokonya. Dengan bantuan kawan aku bisa menjelajah dari satu toko ke toko lainnya. Uang untuk kos habis dalam hitungan jam untuk beli CD, jiah masa yang gila dah. Tak lama di kota yang baru, hehehe akhirnya aku punya alat pemutar CD sederhana, biarin yang penting bisa muter. 

Dan tentu kalau anda ada di kota Bandung, dengan sendirinya sebuah tempat keramat di dunia CD Indonesia harus juga di jambangi, Pasar CIHAPIT, kabar tempat ini aku dapat juga dari beberapa kawan penggemar musik juga, jiahhhh brow  ini tempat lebih gila lagi di banding toko2 CD manapun di bandung, atau bahkan di Indonesia sekalipun, apa yang anda cari ketika anda berkhayal ada di tempat ini. Dengan sendirinya Cihapit menjadi tempat paling top bagi ane untuk mendapatkan CD. CD di jual di sebuah lapak nan sederhana, di simpan di dus2 butut seukuran CD, berjajar di atas tanah kotor, memilihnya pun kita harus jongkok, dengan kepala di miringkan kekanan atau kekiri, supaya semua CD yang ada di dus2 tersebut dapat terbaca dengan baik, bisa anda bayangkan bagaimana asiknya itu, dan jika anda seorang penggemar kaset, kemudian ketika anda jongkok, anda dapat melihat berbagai CD dengan nama band dan judul album yang sama dengan kaset2 yang anda punya, CD itu berjejer dengan agungnya di dus2 kucel nan indah, atau  CD dengan tulisan nama band yang begitu anda kenal hanya saja anda tak mengenal album yang mana itu,  wah pastinya  ni jantung  akan berdetak di kisaran 120 bps. hahahaha. Jiah ada VENOM, METALLICA, MEGADETH, ACCEPT, YES, YNGWIE J. MALMSTEEN, URIAH HEEP, LED ZEPPELIN, DEEP PURPLE dan lain lain lain lainnya. OMG......mungkin kata yang akan aku katakan ketika pertama kali aku sampai di tempat sakral bernama cihapit ini. Dan dari sinilah juga aku berkenalan dengan berbagai band2 super keren dari dunia musik.  

Sekitar awal 90'an CD mulai mempengaruhi keberadaan kaset, CD mulai merangsek sedikit demi sedikit menggantikan posisi kaset sebagai media musik yang paling di minati di seluruh dunia, dan hal ini berlangsung juga di Indonesia, mungkin karena CD menjadi sebuah benda yang tidak begitu mewah lagi seperti sebelumnya, hingga masyarakat mulai dapat mengkoleksinya sebagai media untuk menikmati musik, yang sebelumnya di pegang oleh kaset. Tapi tetap kaset masih di minati, penggemar kaset tetap saja ada, karena memang kalau menurut pendapatku “suara” dari kaset itu lebih manusiawi di banding CD, walau yah masing2 memang memiliki kekurangan maupun kelebihan, tapi jika anda adalah orang yang di awal suka akan musik dan mendengarkannya dari kaset, maka walau anda mengkoleksi CD, tapi tetap anda tak akan melupakan kaset, ya kan !   
   
Di dekade 90 an juga, alat komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat terutama di dunia internet, antar pribadi dapat berhubungan satu dengan lainnya dalam waktu secepat kilat, dengan sendirinya kemajuan yang pesat ini juga berpengaruh terhadap dunia musik, setidaknya para label, baik label besar  maupun label2 kecil , yang dulunya agak “tersembunyi”, terutama label2 kecil, kini dapat “terlihat” dengan bantuan internet ini. Segala sesuatu yang berhubungan dengan musik dapat kita dapatkan dengan mudah melalui berbagai toko2 musik online. Internet dijadikan sebagai tempat berlomba berbagai label di dunia untuk memperkenalkan diri mereka secara lebih luas melalui bisnis secara online ini. Akibatnya CD mulai menjangkau ke segala penjuru dunia, hingga tak lama kemudian format musik dunia di duduki oleh sang logam tipis ini, CD menjadi media musik yang sangat di minati di seluruh dunia, toko2 musik  baru mulai bermunculan laksana jamur di musim hujan. Dengan sendirinya industri pembuatan CD pun menjadi perusahaan yang begitu menggiurkan untuk di jadikan lahan investasi. Pabrik-pabrik  CD mulai banyak berdiri hingga membuat CD itu sendiri bukan menjadi barang yang sangat mewah seperti sebelumnya, CD dapat di beli oleh para pecinta musik dengan dana yang tidak terlalu banyak.  CD juga dapat di jadikan sebagai media  tujuan wisata, betapa asiknya ketika kita pecinta musik berburu CD2 mulai dari toko2 musik besar sampai pada toko cd yang ada di dalam gang sempit. Wuah sebuah pengalaman yang nga ada duanya dah. Kalau di Cihapit mungkin akan di kenal sebagai “perang” untuk CD, hahahahahahaha sapa cepat dia dapat, apalagi CD2 nan langka yang bikin lidah menjulur keluar. 

Menurut kabar sampai di tahun 1998, jumlah CD yang telah di produksi adalah sebanyak 400.000.000.000 buah, yah anda nga salah liat brow, empat ratus milyar CD telah di buat sampai tahun 1998, begitu katanya. Ckckckckckckckckckckck 

CD musik metal juga tentu mengalami kemajuan yang sangat menggembirakan hal ini di tandai dengan bermunculannya berbagai macam label baru, atau pun label2 lama hanya dengan “wajah” yang berbeda. Semua “bertempur” dengan pangsa pasarnya masing-masing dengan dukungan band-band super keren yang ada di naungan label mereka.  Uh tahun 90an memang banyak band-band super ganas yang beredar dengan derasnya di seantero dunia, musik ekstrim mulai menunjukkan taringnya dengan baik, walau di awalnya di hantam oleh musik grunge, tapi metal tetaplah metal yang berkibar dengan gagahnya. Hingga mungkin di sekitar akhir 90an atau awal tahun 2000, mulailah dunia di hantam oleh format musik bernama MP3, jiahhhhhhhhhhhh, dan dari situ mulailah sebuah revolusi di dunia musik, hanya kalau menurut aku sih revolusinya ini bukan untuk pecinta musik yang juga sebagai kolektor, revolusi ini hanya bagi penikmat ( pendengar ) musik saja.  Revolusi yang terjadi memang berdampak sangat besar bagi label, band, atau bagian-bagian lain yang berhubungan dengannya. Ketika sebuah musik yang ingin kita dengar, dengan mudahnya dapat kita unduh di internet dengan gratis ataupun dengan membelinya per sebuah lagu, untuk kemudian di simpan di file komputer atau handphone atau flashdisk atau apalah, hingga kemudian yang di rasakan adanya kehilangan “jiwa” dari musik itu sendiri. Ketika kita yang terbiasa dengan memegang secara fisik sebuah format musik, dengan revolusi ini kita tidak perlu lagi / tidak dapat lagi memegang sebuah format musik secara fisik.        
 
Dan tentu bagi para kolektor penikmat musik dengan media secara fisik akan merasakan sebuah hantaman yang keras, para penikmat musik ini merasa sepertinya seni di dalam sebuah cd atau kaset atau piringan hitam menjadi hanya sebuah file di komputer ! Jiahhhhhhhh, bukan seni lagi itu bro. Ketika dulu kita dengan kenikmatan tersendiri dapat menikmati berbagai seni dari sebuah format musik, hal itu berganti dengan sebuah file di komputer saja...hayah....yang pasti kenikmatan tadi tidak bisa tergantikan walau bagaimanapun. Dalam sebuah format musik secara fisik kita bisa menikmati berbagai macam seni di sana, seni lukis, seni desain, seni potret dan  seni musik tentu. Dan berbagai pendukung lainnya yang di gabungkan dengan seni-seni tadi menjadikan sebuah format musik fisik itu menjadi begitu indah untuk di lihat, di dengarkan, di pegang, di baca, di teliti dan di di di lainnya. Disini bukan aku benci atau bagaimana terhadap MP3, tapi setidaknya lah dengan anda membeli format musik secara fisik berarti anda juga mendukung berkembangnya seni-seni tadi kan, dan dengan dengan sendirinya band2 itu sendiri. 

Hal lain yang aku kira perlu di bahas juga adalah tentang CD, atau format musik lainnya yang di sebut sebagai sebuah band yang “rare”, “oop”, “super rare”, “hard to find”, “barang langka”, “hararese”, “teu di produksi deui”, “ sudah nga ada di pasaran” atau apalah namanya, semua itu hanya berurusan dengan WAKTU saja bro. Ketika format musik itu di produksi mungkin banyak orang yang tidak peduli sama sekali, mungkin malah di anggap band “butut”, “nga pantes diam di jajaran rak koleksi”, “kagak ada masa depan”, “ nga pantes di dengerin” dan lain lain lah pokoknya. Ehhhhh ternyata setelah 10 tahun kemudian format musik itu di kejar2, di cari2 kemanapun, pokoknya harus punya, sebab gengsi dong kalau nga punya CD band itu misal. Hehehehehe, harga CD tadi misal biasa cuma 10US$ sekarang naik jadi US$ 100, itupun masih susah dapatnya. Jadi selagi ada di depan mata tuh CD atau format musik lainnya, selagi anda punya kesempatan untuk membelinya dengan harga bersahabat dan ada dananya, rasanya nga salah untuk anda koleksi dari sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar