Ehmmmm kalau
aku denger atau baca sesuatu dengan kata CD, maka apa yang ada di benak ini
adalah sebuah benda bulat yang tengahnya bolong seperti donat dalam versi
tipis, jiah kayak martabak aje, sisi satunya bercahaya ketika di kenai cahaya,
sisi lainnya ada yang redup ataupun bersinar kalau kena cahaya, atau satu sisi
nya berwarna ke-perak-an, sisi lainya ber warna warni sesuai keinginan yang
buatnya.
Juga, kalau aku dengar atau baca
sesuatu dengan kata CD, maka apa yang ada di otakku adalah sebuah benda
berisikan material plastik dan sedikit logam yang di buat sebagai media bagi
para penyanyi atau band untuk dapat menjangkau pada penggemar atau pendengar
mereka ketika mereka merilis sebuah lagu ataupun beberapa lagu yang di kemas
menjadi sebuah album.
Dan lagi, kalau aku dengar atau baca
sesuatu dengan kata CD, maka apa yang ada di pikiranku adalah sebuah benda yang
berisikan lagu – lagu nan ajaib yang di simpan dengan indahnya ke sebuah tempat
yang sangat pas dengan besar lingkaran benda tadi, dan di lengkapi dengan
sebuah “tempat” untuk bagian luarnya yang memiliki ukuran 14 x 12 cm, kemudian
di tambahkan berbagai kertas dengan kualitas tinggi yang di simpan di belakang “tempat” tadi dan kemudian di lengkapi dengan
sebuah “buku” kecil yang sangat menggoda iman untuk di lihat dengan mata
melotot, kalau perlu pake kaca pembesar biar terlihat jelas.
Itulah mungkin kata CD berarti yang
ada di benak, di otak dan di pikiranku, mungkin masih banyak definisinya kalau
aku mau, hanya cukup saja segitu. CD
adalah benda yang di kembangkan sejak tahun 70an dan di resmikan sekitar
tahun 1981 oleh Sony, kalau nga salah, lupa juga sejarah cd ini. Aku
akan ingat selalu kala itu aku masih sma kelas 1, jiah abg keles, sekitar tahun
1988, tahun di mana merupakan tahun paling menyedihkan bagi para penggemar
kaset di seluruh nusantara, tahun itu adalah sebuah masa di mana para penggemar musik secara umum
menghadapi kendala untuk dapat menikmati
musik sebagaimana biasanya, secara spesifik tentu penggemar kaset, karena kaset
adalah format musik yang sangat umum di kala itu. Format musik lain tentu ada,
seperti piringan hitam maupun CD, hanya tentu bagi orang awam harga dari kedua
format tersebut tidaklah dapat di jangkau seperti layaknya kaset. Kedua format
musik tersebut memang termasuk ke dalam kategori barang mewah, jadi yah tidak
banyak orang yang bisa membelinya. Hanya ini hati ane kok begitu kelam rasanya
kalau nga dengerin musik baru, jadi target ane kala itu adalah pengen membeli
CD, jiahhhhhh gaya tenan kaya orang punya banyak duit aje. Kala itu CD hanyalah
di jual di toko2 tertentu saja, dan itupun kebanyakan dijual di kota2 besar di
Indonesia saja. Jadi jangan berharap kalau tinggal di kota kecil kayak ane bisa
beli CD seperti layaknya kita beli kaset. Malah bisa di bilang di kota ane
kagak ada yang jual CD sama sekali pada saat itu, jadi untuk mendapatkan CD
yang aku mau, aku harus titip ke teman ane. Hal yang pertama di lakukan untuk
menggapai tujuan ku itu adalah dengan menabung uang jajan, hanya menabung di
sini aku lakukan dengan cara menitipkan uang ke temanku yang sering pergi ke
Jakarta, penitipan uang di lakukan seminggu sekali sebesar.....1000 ( seribu )
Rupiah saja, kagak lebih kagak kurang. Dan harga sebuah CD di kala itu adalah
sekitar 30000, jadi aku harus menitipkan uang ke temanku selama 7,5 bulan
lamanya untuk mendapatkan sebuah CD. Terbayang oleh anda berapa lamanya itu,
mungkin kalau CD dengan jumlah yang terbatas, jiah sudah pasti aku nga akan
dapat lah Cdnya. Sampai akhirnya hari yang di nanti tiba, temanku membawa
sebuah CD masih segel bo, di tanganku hadir sebuah CD dengan judul RAM IT DOWN,
jiah senangnya hati ane, walau kemudian ane bingung, gimana caranya untuk
memainkan format musik kepingan logam tadi, sebab ane nga punya alat pemutar
untuk memainkannya.
Duh sedih bener rasanya, tapi peduli
amat ah yang penting aku sudah punya CD walau 1 buah. Hahahahaha. Ada rasa yang
sulit untuk di ungkap ketika ada sebuah benda yang baru pertama kali aku liat
sejak aku lahir, dan benda itu adalah sebuah format yang akan menggantikan
format kaset. Hah itulah CD aku yang pertama dan juga awal mula dari sebuah
kegilaan yang akan dimulai.
Yang pasti CD ane yang pertama itu sampai saat inipun masih ada di
tanganku, di simpan dengan rapi, masuk dalam kategori super duper top rare CD
ever. Setelah ada 1 CD, tentu ingin lagi dan lagi. Tak terasa waktu berlalu,
dan aku mulai melanjutkan sekolah di luar kota lain, Bandung euy. Dan Hiyahhhhhh kegilaan yang sesungguhnya
telah di mulai, di mulai dari menjelajah berbagai toko CD yang bertebaran cukup
banyak di kota ini, Aquarius Dago, Toko Tengah, toko yang di Palaguna Plaza,
toko CD di jalan Saad dan masih banyak lagi dah pokoknya, lupa juga aku nama
toko-tokonya. Dengan bantuan kawan aku bisa menjelajah dari satu toko ke toko
lainnya. Uang untuk kos habis dalam hitungan jam untuk beli CD, jiah masa yang
gila dah. Tak lama di kota yang baru, hehehe akhirnya aku punya alat pemutar CD
sederhana, biarin yang penting bisa muter.
Dan tentu kalau anda ada di kota
Bandung, dengan sendirinya sebuah tempat keramat di dunia CD Indonesia harus
juga di jambangi, Pasar CIHAPIT, kabar tempat ini aku dapat juga dari beberapa
kawan penggemar musik juga, jiahhhh brow
ini tempat lebih gila lagi di banding toko2 CD manapun di bandung, atau
bahkan di Indonesia sekalipun, apa yang anda cari ketika anda berkhayal ada di
tempat ini. Dengan sendirinya Cihapit menjadi tempat paling top bagi ane untuk
mendapatkan CD. CD di jual di sebuah lapak nan sederhana, di simpan di dus2
butut seukuran CD, berjajar di atas tanah kotor, memilihnya pun kita harus
jongkok, dengan kepala di miringkan kekanan atau kekiri, supaya semua CD yang
ada di dus2 tersebut dapat terbaca dengan baik, bisa anda bayangkan bagaimana
asiknya itu, dan jika anda seorang penggemar kaset, kemudian ketika anda
jongkok, anda dapat melihat berbagai CD dengan nama band dan judul album yang
sama dengan kaset2 yang anda punya, CD itu berjejer dengan agungnya di dus2
kucel nan indah, atau CD dengan tulisan
nama band yang begitu anda kenal hanya saja anda tak mengenal album yang mana
itu, wah pastinya ni jantung
akan berdetak di kisaran 120 bps. hahahaha. Jiah ada VENOM, METALLICA,
MEGADETH, ACCEPT, YES, YNGWIE J. MALMSTEEN, URIAH HEEP, LED ZEPPELIN, DEEP
PURPLE dan lain lain lain lainnya. OMG......mungkin kata yang akan aku katakan
ketika pertama kali aku sampai di tempat sakral bernama cihapit ini. Dan dari
sinilah juga aku berkenalan dengan berbagai band2 super keren dari dunia
musik.
Sekitar awal 90'an CD mulai mempengaruhi
keberadaan kaset, CD mulai merangsek sedikit demi sedikit menggantikan posisi
kaset sebagai media musik yang paling di minati di seluruh dunia, dan hal ini
berlangsung juga di Indonesia, mungkin karena CD menjadi sebuah benda yang
tidak begitu mewah lagi seperti sebelumnya, hingga masyarakat mulai dapat
mengkoleksinya sebagai media untuk menikmati musik, yang sebelumnya di pegang
oleh kaset. Tapi tetap kaset masih di minati, penggemar kaset tetap saja ada,
karena memang kalau menurut pendapatku “suara” dari kaset itu lebih manusiawi
di banding CD, walau yah masing2 memang memiliki kekurangan maupun kelebihan,
tapi jika anda adalah orang yang di awal suka akan musik dan mendengarkannya
dari kaset, maka walau anda mengkoleksi CD, tapi tetap anda tak akan melupakan
kaset, ya kan !
Di dekade 90 an juga, alat
komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat terutama di dunia internet,
antar pribadi dapat berhubungan satu dengan lainnya dalam waktu secepat kilat,
dengan sendirinya kemajuan yang pesat ini juga berpengaruh terhadap dunia
musik, setidaknya para label, baik label besar
maupun label2 kecil , yang dulunya agak “tersembunyi”, terutama label2
kecil, kini dapat “terlihat” dengan bantuan internet ini. Segala sesuatu yang
berhubungan dengan musik dapat kita dapatkan dengan mudah melalui berbagai
toko2 musik online. Internet dijadikan sebagai tempat berlomba berbagai label
di dunia untuk memperkenalkan diri mereka secara lebih luas melalui bisnis
secara online ini. Akibatnya CD mulai menjangkau ke segala penjuru dunia,
hingga tak lama kemudian format musik dunia di duduki oleh sang logam tipis
ini, CD menjadi media musik yang sangat di minati di seluruh dunia, toko2
musik baru mulai bermunculan laksana
jamur di musim hujan. Dengan sendirinya industri pembuatan CD pun menjadi
perusahaan yang begitu menggiurkan untuk di jadikan lahan investasi.
Pabrik-pabrik CD mulai banyak berdiri
hingga membuat CD itu sendiri bukan menjadi barang yang sangat mewah seperti
sebelumnya, CD dapat di beli oleh para pecinta musik dengan dana yang tidak
terlalu banyak. CD juga dapat di jadikan
sebagai media tujuan wisata, betapa
asiknya ketika kita pecinta musik berburu CD2 mulai dari toko2 musik besar
sampai pada toko cd yang ada di dalam gang sempit. Wuah sebuah pengalaman yang
nga ada duanya dah. Kalau di Cihapit mungkin akan di kenal sebagai “perang”
untuk CD, hahahahahahaha sapa cepat dia dapat, apalagi CD2 nan langka yang
bikin lidah menjulur keluar.
Menurut kabar sampai di tahun 1998,
jumlah CD yang telah di produksi adalah sebanyak 400.000.000.000 buah, yah anda
nga salah liat brow, empat ratus milyar CD telah di buat sampai tahun 1998,
begitu katanya. Ckckckckckckckckckckck
CD musik metal juga tentu mengalami
kemajuan yang sangat menggembirakan hal ini di tandai dengan bermunculannya
berbagai macam label baru, atau pun label2 lama hanya dengan “wajah” yang
berbeda. Semua “bertempur” dengan pangsa pasarnya masing-masing dengan dukungan
band-band super keren yang ada di naungan label mereka. Uh tahun 90an memang banyak band-band super
ganas yang beredar dengan derasnya di seantero dunia, musik ekstrim mulai
menunjukkan taringnya dengan baik, walau di awalnya di hantam oleh musik
grunge, tapi metal tetaplah metal yang berkibar dengan gagahnya. Hingga mungkin
di sekitar akhir 90an atau awal tahun 2000, mulailah dunia di hantam oleh
format musik bernama MP3, jiahhhhhhhhhhhh, dan dari situ mulailah sebuah
revolusi di dunia musik, hanya kalau menurut aku sih revolusinya ini bukan
untuk pecinta musik yang juga sebagai kolektor, revolusi ini hanya bagi
penikmat ( pendengar ) musik saja.
Revolusi yang terjadi memang berdampak sangat besar bagi label, band,
atau bagian-bagian lain yang berhubungan dengannya. Ketika sebuah musik yang
ingin kita dengar, dengan mudahnya dapat kita unduh di internet dengan gratis
ataupun dengan membelinya per sebuah lagu, untuk kemudian di simpan di file
komputer atau handphone atau flashdisk atau apalah, hingga kemudian yang di
rasakan adanya kehilangan “jiwa” dari musik itu sendiri. Ketika kita yang
terbiasa dengan memegang secara fisik sebuah format musik, dengan revolusi ini
kita tidak perlu lagi / tidak dapat lagi memegang sebuah format musik secara
fisik.
Dan tentu bagi para kolektor
penikmat musik dengan media secara fisik akan merasakan sebuah hantaman yang
keras, para penikmat musik ini merasa sepertinya seni di dalam sebuah cd atau
kaset atau piringan hitam menjadi hanya sebuah file di komputer ! Jiahhhhhhhh,
bukan seni lagi itu bro. Ketika dulu kita dengan kenikmatan tersendiri dapat menikmati
berbagai seni dari sebuah format musik, hal itu berganti dengan sebuah file di
komputer saja...hayah....yang pasti kenikmatan tadi tidak bisa tergantikan
walau bagaimanapun. Dalam sebuah format musik secara fisik kita bisa menikmati
berbagai macam seni di sana, seni lukis, seni desain, seni potret dan seni musik tentu. Dan berbagai pendukung
lainnya yang di gabungkan dengan seni-seni tadi menjadikan sebuah format musik
fisik itu menjadi begitu indah untuk di lihat, di dengarkan, di pegang, di
baca, di teliti dan di di di lainnya. Disini bukan aku benci atau bagaimana
terhadap MP3, tapi setidaknya lah dengan anda membeli format musik secara fisik
berarti anda juga mendukung berkembangnya seni-seni tadi kan, dan dengan dengan
sendirinya band2 itu sendiri.
Hal lain yang aku kira perlu di
bahas juga adalah tentang CD, atau format musik lainnya yang di sebut sebagai
sebuah band yang “rare”, “oop”, “super rare”, “hard to find”, “barang langka”,
“hararese”, “teu di produksi deui”, “ sudah nga ada di pasaran” atau apalah
namanya, semua itu hanya berurusan dengan WAKTU saja bro. Ketika format musik
itu di produksi mungkin banyak orang yang tidak peduli sama sekali, mungkin
malah di anggap band “butut”, “nga pantes diam di jajaran rak koleksi”, “kagak
ada masa depan”, “ nga pantes di dengerin” dan lain lain lah pokoknya. Ehhhhh
ternyata setelah 10 tahun kemudian format musik itu di kejar2, di cari2
kemanapun, pokoknya harus punya, sebab gengsi dong kalau nga punya CD band itu
misal. Hehehehehe, harga CD tadi misal biasa cuma 10US$ sekarang naik jadi US$
100, itupun masih susah dapatnya. Jadi selagi ada di depan mata tuh CD atau
format musik lainnya, selagi anda punya kesempatan untuk membelinya dengan
harga bersahabat dan ada dananya, rasanya nga salah untuk anda koleksi dari
sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar